CERITA PERJALANAN STUDI

Checkered flag, finish what you start !

Selesaikan tanggung jawabmu

Yuyung Candra Yanvingsesa
4 min readSep 12, 2023
Foto oleh Pavel Danilyuk: www.pexels.com

Sebuah cerita perjalanan studi yang tidak hanya tentang apa yang dipelajari tetapi juga bagaimana serta siapa saja yang berperan menyertai prosesnya.

Ibarat sebuah novel, setiap fase memiliki makna emosi tersendiri. Baik itu kebahagiaan maupun kepedihan. Tetapi, toh akhirnya terlewati juga. Namanya juga hidup kan :).

Setidaknya ada empat fase :

Fase pertama, Eksplorasi (2016-2018)

"Kuliah tidak hanya didalam kelas".

Entah siapa yang mengucapkan, tetapi berhasil merubah perspektif dalam menjalani kehidupan perkuliahan saat itu.

Sebagai manifestasinya, akhirnya memilih untuk menjalani dinamika berorganisasi dan riset. Yang pertama sebagai perangkat muda, lanjut staff, sampai kepala bidang di hmjip.

Disisi lain, juga ikut dalam mengarungi dunia aktivisme di hmi dari kader biasa, pengurus bidang, sampai sekretaris umum.

Tentunya yang tak kalah seru yakni terlibat dalam berbagai riset, mulai politik sampai riset ilmu pengetahuan melalui lembaga-lembaga survei, Puskodak (punyanya jurusan, sekarang ?) sampai LIPI (sekarang BRIN).

Seru dan menantang ! Kita belajar tentang leadership, critical thinking, rasa tanggung jawab, negosiasi, interpersonal skill, dsb.

Tetapi ada yang kosong kan ? Nah, iya itu. Tuntutan lingkungan sosial, kenormalan pada saat itu (mungkin sampai sekarang kali) mengcreate seakan-akan butuh support eksternal dalam kehidupan pribadi.

Dan hal itu menambah satu fase dalam perjalanan studi, fase yang banyak sekali memberikan pembelajaran.

Fase kedua, Pergolakan (2019)

"Keputusan mengandung risiko, dan bersiaplah atas kondisi terburuk".

Keputusan untuk melibatkan support eksternal dalam kehidupan pribadi membuat suasana baru tercipta.

Sebuah suasana yang sulit untuk dijelaskan karena melibatkan emosi dan rasionalitas. Seringkali ekspektasi yang kita miliki tidak sejalan dengan fakta objektif yang terjadi. Akibatnya, muncul kekecewaan, kepedihan, bahkan putus asa.

Layaknya sebuah rumah, kita memasukkan unsur material yang kita anggap sebagai penguat kedalam struktur bangunan.

Padahal unsur itu rapuh dan temporer. Sayangnya, kita memasukkan unsur tersebut kedalam struktur pondasi.

Ketika unsur tersebut hilang maka bangunan yang diatasnya akan runtuh.

Keruntuhan itu berdampak kemana-mana, karena mindset yang salah dan ketidaksiapan dalam menerima risiko terburuk. Menyembuhkan itu butuh waktu dan sayangnya itu menyita sebagian besar waktu.

Fase ketiga, Krisis (2020-2021)

"The Black Swan ; Covid-19".

Sebuah kondisi yang kebanyakan orang tidak siap menghadapi.

Kebetulan objek penelitian skripsi berada di sebuah rumah sakit, yang pada masa itu hectic dengan pandemi. Kelulusan pasti mundur karena situasi.

Ndilalah kok ya pas, udah rumahnya ambruk, tanahnya pun juga ikutan longsor. Setidaknya ada dua lini usaha yang dirintis dari 2018 dan 2019 terkena dampak.

Yang satu di bidang FnB dan satunya di bidang Fashion, yang satu baru mulai menebar jaring, yang satunya baru mulai membawa hasil tangkapan.

Keharusan physical distancing dan berubah-rubahnya policy membuat kekacauan yang berakibat pada penurunan kegiatan usaha.

Yang akhirnya berakibat pada penutupan dan masih meninggalkan kewajiban yang harus dipenuhi.

Menyerah bukan pilihan, tetapi keadaannya begitu :). Aktifkan survival mode dan coba berfikir diluar kebiasaan (think out of the box).

Dari kontemplasi itu lahir satu hipotesis, sepertinya selama ini kurang dalam beramal makanya ini ditimpakan. Sisi spiritualitas begitu dominan, selain sisi kemanusiaan yang ikut mewarnai.

Sebagai bentuk aksi, lahirlah Punakawan. Sebuah social movement yang digagas bersama kawan-kawan dengan misi membantu mahasiswa yang kesulitan dalam mendapatkan survival kit dan kebutuhan pokok.

"Padahal dia kan lagi kesusahan, lebih susah malah. Kok bisa mikir buat bantu orang"

sebuah dialog beberapa kawan yang baru dikemudian hari saya dengar.

Kalo ditanya kenapa berfikiran menginisiasi Punakawan sebenarnya juga bingung, mungkin ini yang disebut diperjalankan.

Awalnya cuma berpikiran untuk membantu 50 an mahasiswa. Mengingat keterbatasan sumber daya waktu itu.

Eh, ternyata malah jadi lebih dari seribu mahasiswa dengan berbagai kerjasama yang dilakukan. Bener-bener diluar ekspektasi.

Moment itu memberikan banyak kebersyukuran, ternyata masih banyak yang lebih terpuruk dari kondisi yang kita alami.

Punakawan menjadi terapi psikologis yang sangat berpengaruh pada stabilitas emosi saat itu.

Pada fase ini juga terinisiasi rmi, sebuah usaha di bidang pertanian berkonsep corporate farming.

Meskipun tidak selalu berjalan mulus tetapi setidaknya bisa memberikan alternatif pemasukan untuk menutupi lubang-lubang kewajiban. Bisa dibilang rmi menjadi cash cow saat itu yang tahan pandemi.

Selalu ada jalan, meskipun ribuan alasan untuk menyerah begitu mudah ditemukan.

Fase keempat, Kebangkitan (2022-2023)

Keasyikan dalam dunia usaha kembali mengilhami lahirnya rucinesia. Sebuah perusahaan perdagangan kecil-kecilan yang bermisi global.

Disamping itu,

Saatnya kembali menyentuh file lama yang hampir lupa dimana letaknya ; skripsi.

Sembari mengumpulkan semangat dan motivasi untuk kembali memulai.

"Late doesn't mean you suck".

Singkatnya semua berjalan lancar sampai checkered flag dikibarkan sebagai tanda selesainya perjalanan panjang yang telah banyak memberikan pembelajaran.

Terimakasih untuk bapak dan ibu, keluarga beserta sahabat-sahabat yang selalu mensupport.

Namun, hal itu hanya berlaku pada satu chapter kehidupan. Masih banyak chapter lain didepan, semoga bisa melihat kibaran checkered flag di garis finish yang akan datang. Yakusa !

--

--

Yuyung Candra Yanvingsesa
Yuyung Candra Yanvingsesa

Written by Yuyung Candra Yanvingsesa

Entrepreneur — Bergerak Bermanfaat

No responses yet